Jakarta, 29 Agustus 2025 – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terjun bebas pada perdagangan Jumat (29/8/2025) akibat derasnya sentimen negatif dari aksi demonstrasi besar-besaran yang terjadi di Jakarta dan beberapa wilayah Indonesia. Kejatuhan ini terasa ironis, mengingat sehari sebelumnya IHSG sempat mencetak rekor all time high di atas level 7.900.
Pada penutupan sesi pertama perdagangan, IHSG anjlok 2,27% atau setara 180 poin, sehingga berada di level 7.771,28. Koreksi tajam ini menyebabkan nilai kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) menyusut hingga Rp 284 triliun, dari posisi Rp 14.377 triliun menjadi Rp 14.093 triliun.
Semua Sektor di Zona Merah
Mengutip data Refinitiv, seluruh sektor tanpa terkecuali masuk ke zona merah. Sektor utilitas, konsumer non-primer, dan properti menjadi kelompok dengan penurunan paling dalam. Sementara itu, sektor energi dan teknologi masih mengalami tekanan, namun relatif lebih kecil dibandingkan sektor lain.
Sejumlah saham berkapitalisasi besar (blue chip) menjadi pemberat utama pelemahan IHSG, antara lain:
-
Bank Rakyat Indonesia (BBRI)
-
Bank Central Asia (BBCA)
-
Barito Renewables Energy (BREN)
Koreksi pada saham-saham unggulan tersebut menjadi sinyal kuat bahwa sentimen pasar sedang diliputi kekhawatiran tinggi, bukan hanya karena faktor ekonomi, tetapi juga faktor sosial-politik.
Sentimen Demo Besar dan Dampaknya ke Pasar Modal
Aksi demonstrasi yang digelar oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) bersama Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) menjadi salah satu pemicu utama guncangan pasar. Demo ini dipusatkan di Polda Metro Jaya dan kantor-kantor kepolisian di berbagai wilayah, sebagai bentuk protes terhadap tindakan represif aparat saat demonstrasi sehari sebelumnya, Kamis (28/8/2025).
Tragedi dalam aksi demo sebelumnya yang menyebabkan tewasnya seorang driver ojek online (ojol), Affan Kurniawan, usai terlindas mobil rantis Brimob, menambah tekanan psikologis bagi pasar. Kejadian ini tidak hanya menimbulkan gelombang protes, tetapi juga menambah ketidakpastian politik yang sensitif bagi investor.
BEM SI melalui akun resminya @bemsi.official menuliskan,
“Hari ini kita turun ke jalan bukan hanya menolak kebijakan yang merugikan rakyat, tapi juga menolak wajah anarko aparat.”
Narasi perlawanan mahasiswa dan masyarakat ini semakin mempertegas risiko sosial-politik yang dinilai dapat mengganggu iklim investasi.
Dampak Langsung pada Emiten Terkait
Kejadian ini juga berdampak pada saham-saham tertentu, khususnya emiten terkait sektor transportasi dan teknologi. Saham PT Goto Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) ikut tertekan setelah dipastikan bahwa korban jiwa dalam insiden demo adalah mitra driver Gojek.
Pihak manajemen GOTO melalui Direktur Public Affair & Communications menyampaikan pernyataan resmi:
“Dapat kami sampaikan bahwa Affan Kurniawan merupakan Mitra Driver Gojek. Kami menyampaikan duka cita yang mendalam serta simpati tulus kepada keluarga yang ditinggalkan, juga kepada rekan-rekan Mitra Driver lainnya yang turut merasakan kehilangan ini.”
Meskipun GOTO telah melakukan verifikasi dan investigasi internal, namun persepsi negatif investor terhadap keamanan dan stabilitas operasional perusahaan turut mempengaruhi pergerakan harga sahamnya.
Analis: Investor Asing Waspada, Potensi Capital Outflow
Menurut analis pasar modal, gejolak sosial yang berujung pada korban jiwa akan meningkatkan risiko investasi di mata investor asing. Hal ini berpotensi memicu capital outflow, atau keluarnya dana asing dari pasar modal Indonesia.
“Investor asing cenderung sangat sensitif terhadap faktor non-ekonomi, seperti instabilitas politik dan keamanan. Peristiwa demo yang memakan korban membuat sentimen pasar semakin negatif. Jika ketidakpastian berlanjut, tekanan jual bisa lebih dalam lagi,” ungkap seorang analis senior dari salah satu sekuritas asing.
Prospek IHSG ke Depan
Meski dalam jangka pendek IHSG masih berpotensi melemah, beberapa analis menilai koreksi ini bisa dimanfaatkan investor jangka panjang untuk masuk ke saham-saham berfundamental baik. Sektor perbankan, energi, dan telekomunikasi dinilai masih menarik karena prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia 2025 tetap positif.
Namun demikian, kunci utama pemulihan IHSG adalah stabilitas politik dan keamanan. Jika pemerintah dan aparat kepolisian mampu meredam gejolak dengan pendekatan dialog yang transparan dan humanis, kepercayaan investor bisa kembali pulih.
Peristiwa demo besar pada 29 Agustus 2025 tidak hanya berdampak pada keamanan publik, tetapi juga menimbulkan kerugian besar di pasar modal. Dengan hilangnya Rp 284 triliun kapitalisasi pasar dalam sehari, IHSG mencatat salah satu koreksi paling tajam dalam beberapa bulan terakhir.
Kejadian ini menjadi pengingat bahwa pasar modal Indonesia sangat sensitif terhadap dinamika sosial-politik, bukan hanya faktor ekonomi global maupun domestik. Untuk itu, transparansi, komunikasi publik yang baik, serta langkah nyata pemerintah dalam menjaga stabilitas menjadi kunci agar IHSG kembali bangkit dan menarik kepercayaan investor, baik lokal maupun asing.
0 Komentar